Kata siapa buruh migran di luar negri tidak bisa sukses. Kata siapa sukses hanya didapat oleh orang yang berpendidikan tinggi. Buktinya Nora Sampurna bisa mempunyai usaha meski dia seorang buruh migran di Hongkong. Pada saat siang tadi, saya membaca koran Jawa Pos dan beritanya begitu inspiratif sehingga saya ingin berbagi pada teman-teman melalui blog ini.
Diberitakan oleh wartawan koran Jawa Pos bernama Nora Sampurna terbitan tanggal 18 Januari 2016, Kania Putri yang berpendidikan tamatan SMP ini pada awalnya tidak ada niatan untuk memiliki usaha saat menjadi buruh migran di Hongkong. Mimpinya cuma sederhana yaitu mengumpulkan uang buat keluarga yang ada di Indonesia. Namun perkenalan dengan kelompok belajar Business Model Canvas (BMC) mengubah pemikiran yang biasa di panggil teman- temannya Kania itu. BMC yang digagas oleh dua migran senior di Hongkong yaitu Winarsih Satuman dan Tri Sumiyatik memang merubah mindset enterpreneurship kepada rekan-rekan migran selainnya.
BMC diadakan setiap Minggu di Taman Festival Walk, Kowloon Tong, Hongkong. Mereka diperkenalkan tentang masalah, kebutuhan, peluang (MKP) yang bisa dijadikan untuk mencari inspirasi dalam berbisnis dll. Karena masih awal pertemuan, Kania pun sempat bingung dan dia pun memilih untuk diam. Tetapi lama-lama Kania pun mulai bisa mengikuti. Dan pada saat materi yang disampaikan BMC telah hampir selesai, setiap murid diberi tugas untuk menyususun bisnis masa depan. Pada saat itu Kania mengambil cuti untuk pulang ke Indonesia. Di Tanah Kelahirannya, Kania mulai membuka buku pelajarannya lagi dan berdiskusi dengan suaminya. Kebetulan di samping rumahnya ada lahan kosong dan sang suami beserta Kania menyukai lele. Sehingga mereka mempunyai ide untuk budi daya lele di lahan kosong tersebut.
Perempuan berumur 38 tahun ini mengikutkan budi daya lelenya ke dalam BMC Business Plan Competition yang digelar oleh Universitas Ciputra Entrepreneuship Centre (UCEC). Kania mengajukan proposal bisnis kerupuk lele dan berhasil menjadi juara kelima. Dan setelah wisuda dari BMC, Kania pun merealisaikan atau menjalankan ide bisnis tersebut. Kebetulan ikan lele ada juga di pasar tradisional Hongkong. Karena tinggal di rumah majikannya, Kania pun lantas meminta izin ke majikannya. Alhamdulillah majikannya pun mengizinkan dan mendukung usaha Kania. Maka Kania pun membuat krupuk lele pun dirumah majikannya. Dan menjemurnya didekat tempat pakaian untuk menjemur.
Kania memasarkan produk kerupuk dalam bentuk mentah dan matang. Yang mentah dijual HKD 13 atau sekitar Rp 23.100,- sebungkusnya. Dan yang matang dikemas kecil-kecil di hargai HKD 5 atau sekitar Rp 8.900,- untuk sebungkusnya dan apabila beli 3 bungkus dihargai HKD 13 atau sekitar Rp 23.100,-. Pemasarannya pun melalui media sosial yaitu Facebook dan WhatssApp. Dan alhamdulillah banyak pemesan dari warga sekitar dan teman-temannya. Pesanan juga datang Korea Selatan dan Taiwan. Setelah merasakan enaknya berbisnis, Kania pun ingin membesarkan usahanya di Kendal, Indonesia dan mengurus izin produksi serta mematenkannya. Kebetulan Juni nanti Kania sudah 4 tahun di Hongkong dan dia tidak mau lagi kembali ke Hongkong.
Teman-teman, buruh migran di Hongkong saja mempunyai semangat yang tadinya hanya mengumpulkan untuk keluarganya sekarang menjadi pengusaha. Yang awalnya hanya bermimpi sederhana sekarang bermimpi besar. Seharusnya kita juga bisa sama seperti Kania. Mempunyai semangat belajar yang besar dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpi. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan semua orang mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat
Sumber dari Koran Jawa Pos terbit Hari Senin Tanggal 18 Januari 2016 Halaman 1 dan 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar